“Masa
remaja adalah masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa” pernyataan
tersebut dinyatakan oleh Iskandarsyah, 2006. Dengan pernyataan tersebut, masa
remaja umumnya berada pada rentan usia 12-21 tahun. Kemudian, masa remaja
tersebut dibagi menjadi 3 masa, yakni masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa
remaja tengah usia 15-18 tahun, dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun. Pada
masa remaja tidak mengalami perubahan emosional saja tetapi juga mengalami
perubahan fisik dan perkembangan seksual remaja. Masa remaja memiliki ciri-ciri
tertentu, yaitu adanya perubahan fisik, rasa keingintahuan yang besar, memiliki
keinginan untuk dapat berkomunikasi dan mendapat kepercayaan dari orang-orang
yang lebih dewasa darinya kerena merasa sudah bisa bertanggung jawab, adanya
perkembangan intelektual, dan sudah mulai berfikir mandiri.
Pada umumnya, masa remaja adalah
masa dimana remaja sedang dalam masa pencarian jati diri dan identitas. Dalam
pencarian jati diri tersebut remaja memiliki rasa ingin tau yang cukup besar
dalam hal-hal yang mereka anggap adalah suatu hal yang baru. Dalam pencarian
jati diri ini, remaja lebih sering berpatokan pada dunia luar dan dan lingkungan
sosial di sekitar mereka sehingga dengan keadaan emosional yang masih labil
pada remaja membuat remaja sangat mudah terpengaruh oleh dunia luar yang akan
membentuk kepribadian mereka kelak.
Salah
satu yang mudah memengaruhi remaja adalah media sosial. Media sosial adalah
alat sarana untuk menyebarluasakan informasi. Media sosial memiliki beberapa manfaat
bagi penggunanya, yaitu untuk memberi motivasi, memberi informasi, dan
pembelajaran.
Dalam era globalisasi ini, media
sosial semakin dibutuhkan, baik dikalangan remaja maupun anak-anak. Bagi mereka
khususnya remaja, media sosial seakan sudah menjadi candu, tiada hari tanpa
membuka media sosial, bahkan hampir dari 24 jam mereka tidak lepas dari smartphone. Media sosial terbesar yang
paling sering digunakan oleh kalangan remaja antara lain, Facebook, Twitter,
LINE, Instagram, Path, WhatsApp, dan Blackberry Messenger.
Pesatnya perkembangan media sosial
juga dikarenakan semua orang seperti bisa memiliki media sendiri. Jika untuk
media tradisional seperti televisi, radio, atau koran dibutuhkan modal yang
besar dan tenaga kerja yang banyak, lain
halnya dengan media sosial. Para pengguna media sosial bisa mengakses
menggunakan jaringan internet tanpa biaya yang besar dan dapat dilakukan
sendiri dengan mudah. Para pengguna media sosialpun dapat dengan bebas
berkomentar serta menyalurkan pendapatnya tanpa rasa khawatir. Hal ini
dikarenakan dalam internet khususunya media sosial sangat mudah memalsukan jati
diri atau melakukan kejahatan.
Dalam kajian sosiologi, maraknya
media sosial erat hubungannya dengan bagaimana kita bersosialisasi, berteman,
dan berinteraksi. Hal ini yang menjadi alasan utama remaja untuk menggunakan
media sosial. Karena remaja saat ini sangat ketergantungan terhadap media
sosial. Mereka begitu identik dengan smartphone yang hampir 24 jam berada di
tangan dan sangat sibuk berselancar di dunia online yang seakan tidak pernah
berhenti. Melihat hal ini, Sekolah Tinggi Sandi Negara (STSN) bersama Yahoo!
melakukan riset mengenai penggunaan internet di kalangan remaja. Hasilnya menunjukkan,
kalangan remaja usia 15-19 tahun mendominasi
pengguna internet di Indonesia sebanyak 64%.
Penggunaan media sosial di kalangan
remaja ini juga banyak menimbulkan pro dan kontra. Penggunaan media sosial
sering kali mengganggu proses belajar remaja dan kebiasaan seorang remaja yang
berkicau berkali-kali di twitter yang terkadang hanya untuk mengeluhkan betapa
sulit pelajaran yang sedang dia kerjakan.
Tidak berhenti sampai di situ saja.
Yang lebih parah ada beberapa kasus seorang remaja yang dilaporkan hilang oleh
orangtuanya yang ternyata kabur dengan teman yang baru dikenalnya di Facebook.
Dalam sebuah penelitian dinyatakan, bahwa media sosial berhubungan dengan
kepribadian introvert. Kepribadian introvert adalah orang yang berorientasi
pada diri sendiri, dalam arti dia itu penyendiri, kurang perduli dengan dunia
luar. Semakin introvert seseorang
maka dia akan semakin aktif di media sosial sebagai pelampiasan. Peran orang
tua sangat dibutuhkan sebagai pengawas dan juga sosok yang memahami anak.
Keluarga harus dapat memberikan fungsi afekif agar seorang anak mendapatkan
perhatian yang cukup.
Selain itu, para remaja juga
berusaha memperlihatkan citra positif di media sosial. Begitu halnya dengan
Facebook, remaja-remaja mengunduh foto-fotonya yang sedang bersenang-senang
dengan teman-temannya dan seolah-olah memperlihatkan betapa bahagia dirinya.
Dengan demikian, dapat dikatakan individu menjadikan media sosial sebagai media
presentasi diri.
Namun, apa yang mereka unggah di
media sosial tidak selalu menggambarkan keadaan hidup mereka yang sebenarnya.
Ketika para remaja tersebut mengunggah sisi hidupnya yang penuh kesenangan,
tidak jarang kenyataannya dalam hidupnya mereka merasa kesepian. Manusia
sebagai faktor yang kreatif mampu menciptakan berbagai hal, salah satunya
adalah ruang interaksi dunia maya. Setiap individu mampu menampilkan karakter
diri yang berbeda ketika berada di dunia maya dengan dunia nyata.
Keberadaan media sosial saat ini
dapat berperan dalam pembentukan karakter generasi muda saat ini. Karakter
generasi muda dapat dengan mudah terbentuk sesuai kebiasaan mereka di media
sosial. Hal yang sering terjadi adalah generasi muda “curhat” dimedia sosial.
Saat itu, generasi muda tidak pernah berfikir panjang untuk menulis isi
hatinya, padahal tulisannya tersebut dapat dibaca oleh banyak orang. Dari
sekian banyak orang tersebut belum tentu semua bisa menerima tulisan kita.
Kebiasaan seperti ini dapat membentuk generasi muda tidak berfikir panjang
dalam melakukan sesuatu. Selain itu, karakter generasi muda juga dapat
terbentuk menjadi orang yang tidak menghargai waktu dan menjadi egois. Ini
disebabkan karena kebiasaan mereka berlama-lama menggunakan jejaring sosial,
sehingga mereka menjadi kurang berempati kepada lingkungan yang ada disekitar.
Selain hal-hal di atas, jejaring
sosial juga memengaruhi kemampuan berbahasa generasi muda. Bagi anak-anak dan
remaja, tidak adanya aturan ejaan dan tata bahasa di media sosial akan membuat
mereka semakin sulit untuk membedakan antara berkomunikasi di media sosial dan
di dunia nyata. Karena media sosial biasanya bersifat internasional, generasi
muda dapat memanfaatkannya untuk belajar bahasa asing.
Media sosial juga dapat digunakan
untuk media belajar. Individu yang memiliki minat terhadap sesuatu dapat
membentuk kelompok di jejaring sosial. Mereka dapat saling bertukar pikiran dan
belajar tanpa harus ada hubungan tatap muka. Dengan pemanfaatan media sosial
seperti ini, ilmu pengetahuan akan berkembang lebih cepat.
Memang tidak diragukan lagi pada zaman ini sebagian besar generasi mudah
sudah sangat akrab dengan media sosial. Bahkan anak-anak yang masih dibawah
umur juga sudah tidak canggung menggunakan media sosial untuk bersosialisasi.
Media sosial sudah seperti kebutuhan dalam kehidupan generasi muda saat ini.
Perkembangan karakter generasi muda zaman sekarangpun tidak hanya ditentukan
dalam dunia nyata saja, namun juga pergaulan dunia maya.
Oleh karena itu, media sosial sangat
berpengaruh terhadap pembentukan karakter remaja. Sebaiknya dibutuhkan peran
semua pihak untuk menjadikan media sosial berguna positif bagi remaja. Tidak
hanya orang tua, guru, atau sekolah. Pihak-pihak terkait seperti, pemerintah,
kepolisian, LSM-LSM, dan lembaga lainnya juga memiliki peran yang besar dalam
menyaring pengaruh media sosial untuk para remaja. Harus diingat lebih jauh
lagi kata-kata bijak Remaja sekarang
adalah pemimpin di masa yang akan datang. Semoga kata-kata bijak tersebut
menjadi masukan untuk kita semua demi remaja bangsa kita untuk menjadi lebih
baik.